JEMBER, kilasrepublik.com. – Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa dan Bali mulai dirasakan oleh sejumlah perusahaan otobus (PO) di Jember. Adanya kebijakan itu dianggap sangat menyulitkan armada bus untuk bisa beroperasi sekitar Jawa dan Bali karena sepi penumpang.
Kebijakan PPKM yang diteken Gubernur Jawa Timur itu sudah berlaku sejak Senin (11/1) lalu hingga 25 Januari mendatang. Beberapa wilayah di Jawa Timur yang terkena PPKM meliputi Kota Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Malang Raya, Lamongan, Madiun Raya, Ngawi, dan Blitar.
Meski Kabupaten Jember tidak termasuk, namun turut ikut merasakan dampaknya. Sejumlah sopir menuturkan, pembatasan itu sebenarnya disayangkan. Meskipun demi alasan keamanan dari pandemi. “Pandemi 2020 lalu kita sangat kesulitan, dan sudah mulai bangkit. Kini ada pembatasan lagi,” keluh Ghofur, sopir bus Citra Wisata Mandiri relasi Jember-Denpasar.
Keterangan Ghofur itu bukan tanpa bukti. Di saat bersamaan, kilasrepublik.com sempat memantau kondisi terminal terbesar di Jember itu, kemarin (13/1). Tampak sejumlah bus yang keluar dari terminal tidak langsung tancap gas, namun harus ngetem atau menunggu karena sepi penumpang. “Kalau normalnya, lima menit paling cepat, langsung berangkat. Saya tadi dari pukul 7 pagi sampai pukul 11 siang belum ada penumpang,” imbuh sopir asal Banyuwangi itu.
Kondisi yang dialami Ghofur bukan dirasakan seorang diri. Rata-rata sopir bus mengeluhkan sepinya penumpang. Belum lagi soal ongkos bahan bakar yang terkadang tidak seimbang dengan setoran penumpang. “Kemarin, dari lima bus relasi Jember ke Banyuwangi, kalau jumlah penumpangnya digabung hanya ada tujuh orang,” timpal Qodir, salah satu kondektur bus.
Tak heran, di sekitar Terminal Tawang Alun, sejumlah PO memilih mengandangkan armada mereka. Bukan karena tidak ingin beroperasi, namun karena sulit mendapatkan penumpang. “Kalau dipaksa keluar semua armadanya, khawatir nggak imbang sama ongkos solar,” ujarnya.